Sunday, November 30, 2008

Menghias Hati Dengan Menangis~

“Andai kalian mengetahui apa yang aku ketahui, nescaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (Bukhari dan Muslim)

Indahnya hidup dengan celupan iman. Saat itulah terasa bahwa dunia bukan segala-galanya. Ada yang jauh lebih besar dari yang ada di depan mata. Semuanya teramat kecil dibanding dengan balasan dan siksa Allah swt.

Menyadari bahwa dosa diri tak akan terpikul di pundak orang lain

Siapa pun kita, jangan pernah berpikir bahwa dosa-dosa yang telah dilakukan akan terpikul di pundak orang lain. Siapa pun. Pemimpinkah, tokoh yang punya banyak pengikutkah, orang kayakah. Semua kebaikan dan keburukan akan kembali ke pelakunya.

Maha Benar Allah dengan firman-Nya dalam surah Al-An’am ayat 164. “…Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan.”

Lalu, pernahkah kita menghitung-hitung dosa yang telah kita lakukan. Seberapa banyak dan besar dosa-dosa itu. Jangan-jangan, hitungannya tak beda dengan jumlah nikmat Allah yang kita terima. Atau bahkan, jauh lebih banyak lagi. Masihkah kita merasa aman dengan mutu diri seperti itu. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun mampu menjamin bahwa esok kita belum berpisah dengan dunia. Belumkah tersadar kalau tak seorang pun bisa yakin bahwa esok ia masih bisa beramal. Belumkah tersadar kalau kelak masing-masing kita sibuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita lakukan.

Menyadari bahwa diri teramat hina di hadapan Yang Maha Agung

Di antara keindahan iman adalah anugerah pemahaman bahwa kita begitu hina di hadapan Allah swt. Saat itulah, seorang hamba menemukan jati diri yang sebenarnya. Ia datang ke dunia ini tanpa membawa apa-apa. Dan akan kembali dengan selembar kain putih. Itu pun karena jasa baik orang lain. Apa yang kita dapatkan pun tak lebih dari anugerah Allah yang tersalur lewat lingkungan.

Kita pandai karena orang tua menyekolah kita. Seperi itulah sunnatullah yang menjadi kelaziman bagi setiap orang tua. Kekayaan yang kita peroleh bisa berasal dari warisan orang tua atau karena berkah lingkungan yang lagi-lagi Allah titipkan buat kita. Kita begitu faqir di hadapan Allah swt. Seperti itulah Allah nyatakan dalam surah Faathir ayat 15 sampai 17, “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”

Menyadari bahwa syurga tak akan termasuki hanya dengan amal yang sedikit

Mungkin, pernah terangan-angan dalam benak kita bahwa sudah menjadi kemestian kalau Allah swt. akan memasukkan kita kedalam syurga. Fikiran itu mengalir lantaran merasa diri telah begitu banyak beramal. Siang malam, tak henti-hentinya kita menunaikan ibadah. “Pasti, pasti saya akan masuk syurga,” begitulah keyakinan diri itu muncul karena melihat amal diri sudah lebih dari cukup.

Namun, ketika perbandingan nilai dilayangkan jauh ke generasi sahabat Rasul, kita akan melihat pemandangan lain. Bahawa, para generasi sekaliber sahabat pun tidak pernah aman kalau mereka pasti masuk syurga. Dan seperti itulah dasar pijakan mereka ketika ada order-order baru yang diperintahkan Rasulullah.

Begitulah ketika turun perintah hijrah. Mereka menatap segala bayang-bayang suram soal sanak keluarga yang ditinggal, harta yang pasti akan disita, dengan satu harapan: Allah pasti akan memberikan balasan yang terbaik. Dan itu adalah pilihan yang tak boleh disia-siakan. Begitu pun ketika secara tidak disengaja, Allah mempertemukan mereka dengan pasukan yang tiga kali lebih banyak dalam daerah yang bernama Badar. Dan taruhan saat itu bukan hal nyawa. Lagi-lagi, semua itu mereka tempuh demi menyongsong investasi besar, meraih syurga.

Begitulah Allah menggambarkan mereka dalam surah Al-baqarah ayat 214. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: ‘Bilakah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”

Menyadari bahwa azab Allah teramat pedih

Apa yang bisa kita bayangkan ketika suatu ketika semua manusia berkumpul dalam tempat luas yang tak seorang pun punya hak istimewa kecuali dengan izin Allah. Jangankan hak istimewa, pakaian pun tak ada. Yang jelas dalam benak manusia saat itu cuma pada dua pilihan: syurga atau neraka. Di dua tempat itulah pilihan akhir nasib seorang anak manusia.

“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. 80: 34-37)

Mulailah bayang-bayang pedihnya siksa neraka tergambar jelas. Kematian di dunia cuma sekali. Sementara, di neraka orang tidak pernah mati. Selamanya merasakan pedihnya siksa. Terus, dan selamanya. Seperti apa siksa neraka, Rasulullah saw pernah menggambarkan sebuah contoh siksa yang paling ringan.

“Sesungguhnya seringan-ringan siksa penghuni neraka pada hari kiamat ialah seseorang yang di bawah kedua tumitnya diletakkan dua bara api yang dapat mendidihkan otaknya. Sedangkan ia berpendapat bahwa tidak ada seorang pun yang lebih berat siksaannya daripada itu, padahal itu adalah siksaan yang paling ringan bagi penghuni neraka.” (Bukhari dan Muslim)

Belum saatnyakah kita menangis di hadapan Allah. Atau jangan-jangan, hati kita sudah teramat keras untuk tersentuh dengan kekuasaan Allah yang teramat jelas di hadapan kita.

Wednesday, November 26, 2008

~berdosakah aku bercinta?~






Hati remaja selalu berkata, apakah salah kami bercinta? Rasa cinta memang tidak salah. Ia adalah fitrah semulajadi (instinct) yang ALLAH swt kurniaan kepada setiap manusia. Ingin bercinta dan dicintai adalah instinct. Jiwa manusia memerlukan cinta seperti jasad perlukan makanan. Oleh kerana cinta adalah fitrah, maka tentulah tidak salah merasainya.

Namun ALLAH tidak kurniakan cinta secara polos begitu saja. Dia juga pencipta peraturan cinta demi menjaga kemurniaannya. Peraturan inilah yang kerap dilanggar. Rasa cinta tidak salah tetapi kesalahan selalu berlaku sewaktu menjalin hubungan cinta. Di sinilah selalunya remaja terjebak. Cinta terlarang adalah cinta yang menafikan peraturan yang telah ditetapkan oleh ALLAH swt. Ketika itulah FITRAH telah menjadi FITNAH. Bila kehendak semulajadi tidak disalurkan atau diisi mengikut peraturan maka akan berlakulah kekalutan dan kemusnahan.

Mengapakah perlu ada peraturan cinta?

Jawabnya kerana ALLAH swt mencintai manusia hambaNYA. Allah inginkan keselamatan dan kesejahteraan buat manusia melaksanakan keinginan fitrah semulajadinya. Keinginan tanpa peraturan akan menyebabkan banyak kemusnahan. Begitulah hubungan cinta yang terlarang akan membawa banyak implikasi negatif dalam kehidupan. Pengalaman sudah pun mengajar kita bahawa jangan sesekali bermain cinta, nanti terbakar diri. Sudah banyak tragedi yang berlaku akibat hubungan cinta yg membelakangkan Tuhan! Hubungan cinta jangan dicemari oleh sebarang tindakan menyalahi syariat.


Lebih banyak perlanggaran hukum berlaku, lebih tinggilah risiko kemusnahan yang akan berlaku. Jangan kuat tertipu dengan pesona cinta yang dihiasi dengan pelbagai janji dan sumpah setia. Jangan kita mabuk dengan rindu dan asyik yang membuai dan melenakan. Seteguk kita minum dari kendi cinta terlarang, racunnya akan meresap membunuh akal, jiwa dan perasaan. Pada ketika itulah cinta dikatakan buta. Maka butalah mata hati dan mata kepala sehingga seseorang akan menjadi hamba kepada sesiapa yang dicintainya. Ketika itu hati tidak nampak yang lain kecuali apa yang dicintainya. Lupalah diri pada pencipta cinta kerana terlalu asyik dengan cinta yang dikurniakaNya. Bagaimanakah pula perasaan kita agaknya jika seseorang itu begitu leka dengan hadiah yang diberikan hingga terlupa bersalaman dan berterima kasih dengan pemberinya?

Allah swt kerap dipinggirkan dalam hubungan cinta terlarang. Seolah-olah cinta dan pencipta cinta itu sudah tidak ada kaitan antaranya. Hukum ALLAH dilanggar bukan dengan rasa bersalah tetapi dengan rasa manis dan megah. Tangan kekasih dipegang walaupun jelas ALLAH mengharamkan sentuhan antara lelaki dan perempauan yang bukan muhrim.

Tergamak berdua-duaan di tempat sunyi walaupun sudah diperingatkan Nabi bahawa dalam keadaan itu syaitan
adalah pihak ketiga. Lebih dari itu pun banyak berlaku. Semuanyanya seolah-olah halal kerana cinta. Racun-racun berbisa yang memusnahkan cinta telah dianggap sebagai baja. Akhirnya pohon cinta terlarang pun berbuah. Buah yang pahit, masam dan memabukkan. Buah yang muncul dengan pelbagai jenama yang aneh dan menjijikkan - zina, sumbang mahram,bohsia, bohjan, buang bayi dll lagi.

Ketika itu indahkah cinta?

Peraturan cinta bagai tanda-tanda dan lampu isyarat di atas jalan raya.
Kereta diciptakan dengan kuasa untuk bergerak tetapi pergerakkannya perlu diatur dan dikawal. Jika tidak, dengan kuasa itu akan berlakulah perlanggaran dan pertembungan. Begitulah cinta, ia adalah kuasa tetapi kuasa itu perlukan peraturan dan kawalan.

Apakah peraturan-peraturan dalam hubungan cinta?

Hendaklah cinta kita itu didasarkan kepada cinta ALLAH. Ertinya cinta yang kita berikan kepadanya semata-mata kerana mengharapkan keredhaan ALLAH. ALLAH memberikan kita fitrah itu lalu niatkan dengan fitrah itu boleh menghampirkan diri kita kepada ALLAH swt. Cintailah sesiapa pun, tetapi pastikan cinta itu dapat memudahkan kita mencintai ALLAH. Sehubungan dengan itu, cinta antara lelaki dan perempuan mestilah diniatkan untuk ALLAH!.

Soalnya bagaimana?

Iringilah dengan niat untuk berkahwin kerana berkahwin itu lebih memudahkan seorang lelaki atau seorang perempuan menyempurnakan agamanya.

Sabda Rasulullah saw,

“Apabila seseorang itu berkahwin, sempurnalah separuh agamanya, tinggal lagi separuh untuk disempurnakannya” .


Semoga perkahwinan yang dibina adalah semata-mata kerana ALLAH, dgn tujuan untuk membina rumahtangga muslim, melahirkan keturunan soleh dan solehah, keluarga yang sanggup memikul amanah & dapat melaksanakan segala hukum dan perintah ALLAH swt. Semoga dengan perkahwinan itu juga akan dapat menjaga pandangannya, kehormatan dirinya serta hati dan juga perasaannya supaya sentiasa tunduk dan takut pada ALLAH swt, di samping dapat beribadat dan bertaqwa kepada ALLAH SWT. Oleh itu, usahlah bercinta sekadar untuk bersuka-suka. Lebih buruk lagi janganlah ada niat-niat yang jahat dalam bercinta sekadar untuk bersuka-suka. Lebih buruk lagi janganlah ada niat-niat yang jahat dalam bercinta sama ada didorong oleh hasutan nafsu atau bujukan syaitan. Jika tidak ada niat untuk berkahwin, cinta sudah pasti bukan kerana ALLAH. Hakikatnya cinta itu adalah cinta terlarang yang akan membawa kemusnahan pada sebelah pihak atau kedua-duanya sekali. Cinta jenis ini seburuk namanya - Cinta Monyet!

Hendaklah dipastikan semasa menjalin hubungan cinta tidak ada hukum ALLAH yang dilanggar. Antaranya, tidak ada pergaulan bebas, tidak ada pendedahan aurat, tidak ada pengabaian perkara asas seperti meninggalkan sembahyang, puasa dan lain-lain. Hubungan cinta jangan sampai terjerumus dalam perkara yang melalaikan dan merugikan. Maka, remaja tidak seharusnya mengeluh, ” Cinta apa namanya ini jika tiada dating, tiada perbualan telefon maraton..atau bahasa remajanya ‘bergayut’, tiada surat cinta, tiada sentuhan tangan, tanpa kerlingan dan senyuman? Yakinlah, tidak ada keindahan dengan melanggar peraturan Tuhan. Putus cinta dan kecewa bercinta yang begitu dominan dalam kehidupan remaja adalah disebabkan racun-racun cinta yang disangka baja ini. Justeru banyaklah cinta yang gagal disambung di alam perkahwinan dan lebih banyak yang putus tanpa sempat menempuh perkahwinan. Allah swt Maha Mengetahui dan Maha Menyayangi. Segala peraturanNya buat dengan rasa cinta terhadap hambaNYA. Cinta suci mampu tumbuh tanpa semua itu. Dan cinta itu pasti akan membawa ke gerbang perkahwinan untuk bercinta lagi dengan seribu keindahannya. Bahkan jika diizinkan oleh takdirNya, cinta itu akan terus bersambung ke alam akhirat. Suami yang soleh dan isteri yang solehah akan bercinta lagi di syurga-empat pertama yang melahirkan cinta!
Ketika itulah FITRAH akan menjadi ANUGERAH!

Sumber : Majalah Anis

Wednesday, November 19, 2008

.::Tips/Panduan Atasi Zina Hati::.

Selagi dinamakan manusia, kita mempunyai perasaan suka mengasihi dan dikasihi. Memang adat kehidupan bahawa kasih cinta didahului dengan berasa rindu, namun jangan pula rindu berlebihan. Kerinduan kepada kekasih, sering kali membekaskan duka, penyakit menyebabkan kelemahan hati. Kita sebenarnya berperang dengan perasaan. Namun, seorang Muslim akan terasa nikmat jika dapat menjauhi keluhan, kesedihan dan kerinduan ini.

Ibnu Qayyim memberikan terapi mujarab mengenai masalah rindu. Sebelum itu beliau memberikan sebab mengapa rasa rindu berlebihan terjadi antaranya: Hati tidak terisi oleh rasa cinta, syukur, zikir dan ibadah kepada Allah sebaliknya membiarkan mata meliar. Pandangan dan renungan mata adalah jalan membawa kepada kesedihan dan keresahan.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Pandangan mata itu satu daripada sekian banyak anak panah iblis.” Setiap penyakit ada ubatnya. Ubat yang terbaik adalah meneguk daripada pengajaran al-Quran seperti firman Allah yang bermaksud: “Demikianlah supaya kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba kami yang terpilih.” - (Surah Yusuf, ayat 24)

*
Ikhlas kepada Allah. Ikhlas adalah ubat penyakit rindu. Ikhlas kepada Allah bermakna selalu berusaha berada di pintu ibadah dan memohon kesembuhan daripada Allah. Jika kita ikhlas kepada Allah, Allah akan menolong kita daripada penyakit kerinduan melalui cara tidak pernah terdetik di hati. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: “Sungguh jika hati telah berasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, nescaya ia tidak akan menjumpai hal lain yang lebih manis, indah, nikmat dan baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu dicintainya, melainkan selepas memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya.



*
Doa mengundang sikap, rasa fakir dan rendah diri di hadapan Allah. Oleh itu doa adalah salah satu bentuk ibadah yang agung. Ketika kita berada dalam kesempitan, kita bersungguh-sungguh dalam berdoa, berasakan Allah amat dekat mendengarkan rayuan.



*
Mengurus mata dan pandangan. Pandangan yang berulang-ulang adalah suis penting menyalakan api rindu. Orang yang memandang dengan sepintas lalu jarang berasakan hati terusik dan jatuh. Ibnul Qayyim menyatakan: “Orang berakal tidak mudah tergelincir jatuh hati dan rindu, dia tidak tertimpa pelbagai kerosakan. Barang siapa yang terjun ke dalamnya maka ia termasuk orang yang menzalimi diri sendiri, tertipu dan akhirnya binasa. Jika dia tidak melakukan pandangan berkali-kali terhadap orang yang dikagumi dan usahanya itu meragut benang asmara, pastilah asmara tidak akan kukuh mencengkam jiwanya.”


*
Bernikah dan membina rumah tangga adalah langkah paling baik. Inilah ubat rindu paling baik. Tidak semestinya bernikah dengan orang yang kita kagumi. Meskipun pernikahan itu dilangsungkan tidak dengan orang dicintai dan diidamkan.

ihsan-www.iluvislam.com

Tuesday, November 11, 2008

Tawadhu'

Andaikata kita benar-benar dapat meletakkan diri kita secara tepat dalam hidup ini, nescaya hidup ini lebih ringan, lebih tenang dan lebih barakah. Sayang, kita kadang tidak cukup waktu untuk mengenal diri sehingga kita merasa lebih dari kenyataan, ataupun kita merasa lebih rendah dari apa yang Allah kurniakan. Inilah hikmah yang ingin kita singkapkan dari kehidupan.

Tanamlah diri kita di dalam tanah kerendahan, kerana setiap suatu yang tumbuh tapi tidak ditanam maka tidak sempurna buahnya. Siapa yang merendah diri, Allah akan memuliakannya dan sesiapa yang sombong diri Allah akan menghinakannya.

Akar yang menghujam ke dalam tanah membuat pohon kian kukuh tapi pohon yang akarnya jauh dari tanah ketika disiram air, pohon itu bisa jatuh, runtuh. Makin kukuh akar mencengkam tanah, biarlah ianya dihempas badai , diterjang taufan , ditiup angin nescaya ia tidak akan goyah. Begitulah jelasnya orang-orang yang benar-benar menikmati hidup buah dari amal yakni orang-orang yang tawaduk atau orang-orang yang rendah hati.

Banyaknya amal tidak bererti selamat. Jika sebelum beramal, tipu dayanya adalah enggan beramal, kalau sebelum beramal tipu dayanya adalah niat yang salah.Ingin dipuji amal-amalnya sebagai amal kebaikan.

Ketika sedang beramal , cubaannya ada lagi, iaitu enggan menyempurnakan amalnya. Ingin tidak sempurna.

Ketika selesai beramal, tipu dayanya menjadi lebih besar iaitu ujub, merasakan diri telah dan paling beramal. Merasa diri lebih dari orang lain amalannya. Semua ini benar-benar mencabar perjuangan.

Kerana itu kita dianjurkan agar tawaduk, betul-betul tanamkan diri di bumi; kerendahan hati agar menjadi sempurnya amal-amalnya.


Kenikmatan Tawadhuk

Ketika kita berusaha untuk meletakkan diri di bumi kerendahan hati, perlu beberapa usaha dalam meletakkan diri sesuai dengan apa yang diinginkan agar diri tidak berasa bongkak diri ketika berjalan di atas muka bumi Allah ini.

Kita harus sedar bahawa yang membuat diri kita beramal bukanlah diri kita tetapi taufiq dari Allah. Sepertinya kita boleh bersedekah, tapi wangnya dari mana?

Jika kita tidak diberikan rezeki oleh Allah, kita tidak akan boleh bersedekah. Sekarang kita sudah punya wang, tetapi orang sekeliling kita tidak memerlukan wang, maka kita juga tidak boleh mengeluarkan wang itu. Sesudah ada rezeki, digerakkan orang-orang yang berkeperluan kepada kita. Ada yang perlu untuk melunasi hutangnya, membiayai masjid-masjid, sekolah-sekolah agama, maka digerakkan mereka untuk bertemu dengan diri kita, maka kita dimudahkan untuk bersedekah dan diringankan hati kita.

Ada juga manusia yang bersedekah, tetapi dengan bersedekah lebih membuatkan hatinya menjadi lebih bongkak. Oleh kerana itu, kita perlu tahu bahawa rangkaian amal ini, hanya Allah yang boleh membuat kita untuk beramal.

Tidak usahlah diingat-ingat, disebut-sebut amal kita kerana Allahlah yang membuatkan kita beramal.

Kita tidak akan benar-benar beramal kerana Allah jika mahukan kemahsyuran dari beramal, bahkan demi Allah, tiada seorang hamba yang sungguh ikhlas pada Allah melainkan dia merasa senang, gembira jika dia tidak mengetahui kedudukan dirinya.

Jangan kita merasakan kita sudah beramal, itu tanda kita tidak ikhlas, apalagi kita merasakan ikhlas. Orang yang merasa ikhlas dan ingin orang lain mengetahui keikhlasannya maka ia masih tidak ikhlas. Dia masih memerlukan agar orang lain tahu dirinya ikhlas dan dia merasa senang dikatakan ikhlas. Maka inilah tanda keikhlasan yang masih belum betul-betul sempurna.

Baja Kerendahan Hati

Oleh itu orang yang ingin betul-betul merasai nikmat tawadhuk perlu melupakan siapa diri kita.

Jika kita sudah berijazah, lupakan ijazah yang ada kerana disisi Allah bukan ijazah yang menjadi ukuran tetapi amal yang ikhlas.

Jika kita pernah bersedekah, lupakan sedekah yang dilakukan, jika diingat-ingat kita makin rasa perlu untuk pujian, disebut-sebut apa yang pernah dilakukan dan itu akan merosak.

Jika kita adalah pimpinan, usahlah disebut-sebut jawatan yang ada “Saya pemimpin sekian-sekian”.

Makin kita mengingati kedudukan kita , amal kita , makin kita ingat semua ini, makin kita rasa perlu diakui oleh makhluk maka makin tidak ikhlas amalannya.

Kalaupun mahu diingat, agar menjadi lebih tawadhuk, ingatlah dosa-dosa kita.Mata… aduhhh, mungkin orang lain lebih bagus menjaga pandangan mereka dari kita yang selalu leka dan alpa dalam menjaganya. Jika kita hanya bisa menjaga pandangan ketika di luar, tetapi ketika menatap filem-filem, televisyen, kita tidak boleh menundukkan pandangan…aduhh… Sungguh banyak dosa, berbanding orang lain yang bisa menundukkan pandangan di mana sahaja.

Perkataan , dibagus-baguskan, menyebut dalil-dalil..tapi siapa tahu , disisi Allah kita masih fasiq (orang yang selalu berbuat dosa).. aduhh..Tubuh dipakaikan sesuatu agar dikatakan soleh. Bila berzikir kehulu-hilir dikuat-kuatkan agar dikatakan bahawa diri sebagai ahli zikir. Semua itu topeng diri.


“Saya ini banyak kekurangan, ” tetapi dalam diam fikiran masih suka mengalamun ke mana-mana , bicara ditambah-tambah , makin banyak silap , makin banyak dosa. Perkataan-perkataan dikatakan lebih dari kenyataan yang sebenarnya.

Kadang dikurangi perkataan kerana takut dikata bodoh ilmunya.

Kita belajar untuk mengaku siapa diri kita, maka pujian orang tidak akan membuatkan kita bahagia kerana pujian itu tidak sesuai dengan keadaan kita.

Dan penghinaan orang juga tidak akan membuatkan kita terluka kerana penghinaan itu kekadang ,jika boleh dikatakan, lebih bagus dari kehinaan kita yang sebenarnya di sisi Allah.

Selama kita belajar melihat kekurangan diri, sepanjang itulah kita boleh mendidik jiwa dan hati kita agar sentiasa merendah diri, tidak sombong ketika berjalan di atas muka bumi.

Umpama padi di ladang, semakin ia berisi, semakin tunduk ia. Semakin kita mempelajari kehidupan, semakin merendah hatinya. Akur, bahawa diri masih tidak punya apa-apa. Sedar, diri masih jauh dari kesempurnaan. Rendah hati adalah kesempurnaan amal dalam menundukkan sifat tercela dari kesombongan.


Latihan Tawadhuk

Maka, latihlah tawadhuk dalam diri kita, mengingat-ingat kekurangan dalam diri.

Ketika melihat kekurangan diri, supaya kita tawadhuk, sesudah kita yakin semuanya milik Allah, tidak diingat-ingat kebaikan dan jasa diri kita.

Dalam masa yang sama, kita tidak melihat orang lain lebih rendah dari diri kita.

Setiap orang kita lihat pada titik kelebihannya.

Lihat anak-anak kecil, boleh jadi, dosanya lebih kecil, ataupun tidak berdosa dengan itu memudahkannya mendapat syurga berbanding kita.

Lihat kepada orang yang lebih tua, amalnya boleh jadi lebih banyak dan taqwanya juga lebih tinggi dari kita.

Ketika melihat orang yang baru belajar membaca al-quran, siapa tahu dia lebih takut pada Allah pada setiap huruf yang diucapkannya.

Ketika melihat orang yang sedang berjualan, walaupun kecil jualannya, siapa tahu dalam pandangan Allah, penjual itu lebih mulia kerana kejujurannya walaupun dagangannya tidak sebesar mana.

Melihat akan seorang guru, mungkin pengajarannya begitu ikhlas sehingga dari murid-muridnya terbit mereka yang akan menjadi benteng agama ini.

Melihat kepada orang yang sudah berkahwin, siapa tahu, ibadahnya lebih tenang dan lebih khusyu’ sehingga di pandangan Allah lebih mulia dari kita yang hati sentiasa tidak tenang dan banyak berfikir tidak sepatutnya.

Melihat orang yang membuat maksiat, mana tahu , suatu hari nanti, dia mendapat hidayah, taqwanya lebih tinggi dari kita dan matinya lebih mulia dari kita yang masih tidak tahu apa kesudahan kita.

Lihat orang, lihatlah kebaikan mereka.

Jika melihat seorang ibu, mungkin dengan keibuannya akan mengangkat darjatnya walaupun amalnya agak terbatas.

Semakin senang kita melihat jasa orang lain, menghargai kebaikan orang lain,maka makin senang untuk kita menghormati manusia dan insyaAllah sifat tawadhuk boleh ditanam dalam diri kita.

Bila kita sudah gembira melihat kebaikan orang lain, jasa mereka semuanya maka insyaallah kita akan lebih jauh dari kesombongan dan makin dekat kita dengan keteguhan dan kesempurnaan amal.

Marilah sejenak kita mengambil pengajaran dari ayat Allah, Pencipta dan Pemilik kasih sayang dan cinta, yang menyarankan kita agar membersihkan hati kita dari sifat kesombongan, agar buah amalnya menjadikan kita lebih dekat pada Maha Pemberi Segalanya, Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.

“Janganlah kamu berjalan di bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman : 18)


Saturday, November 1, 2008

~umat ISLAM dibelenggu pelbagai fitnah~

Ustaz Zainudin Hashim
Thu | Oct 23, 08 | 11:49:31 am MYT

Sesungguhnya fitnah merupakan satu elemen yang cukup bahaya, apatah lagi fitnah terhadap agama yang boleh menjurus kepada hukum membunuh, kerana al-Quran ada menegaskan bahawa fitnah itu lebih dahsyat daripada pembunuhan. (maksud ayat 191 dan 217 surah al-Baqarah).


Baginda Rasulullah s.a.w. pernah menegaskan dalam salah satu hdinya yang bermaksud : �Bersegeralah lakukan amalan-amalan yang baik-baik (jika ia di waktu siang jangan tunggu hingga menjelang malam yang gelap gelita), kerana ia akan menimbulkan fitnah, seperti seorang lelaki di mana pada waktu pagi dia seorang muslim dan apabila menjelang petang atau malam dia menjadi seorang kafir pula, dia menjual agama kerana kepentingan dunia yang terlalu sedikit.� Hadis Sohih riwayat Imam Ahmad, Muslim dan Tirmizi daripada Abu Hurairah.

Apa yang dijelaskan oleh baginda Rasulullah s.a.w. menerusi hadis di atas ialah terdapat orang Islam sendiri yang melakukan fitnah dengan tindakannya terhadap agamanya sendiri semata-mata mengecapi habuan dan janji dunia yang bersifat sementara, sedangkan fitnah yang dilakukannya benar-benar mencabar agama yang dianutinya dan menjadi bahaya kepada pegangan akidah dan kepercayaan kepada Allah SWT selaku Pencipta alam maya ini.

itnah yang terjadi itu boleh berlaku kerana orang yang terlibat itu sama ada benar-benar tidak memahami atau memiliki ilmu-ilmu fardu �ain ataupun kerana berhasrat meraih kepentingan dengan penampilan agama, atau memang di kalangan orang-orang munafiq, ketiga-tiga kategori manusia itu dianggap golongan yang jahat kerana mahu memburukkan Islam.

Jenis-jenis fitnah terhadap agama Islam

1- Fitnah melalui kepimpinan negara. 2- Fitnah dalam belajar kerana mahu dapat jawatan. 3- Fitnah melalui penampilan diri dan cara berpakaian. 4- Fitnah melalui ungkapan. 5- Fitnah melalui penulisan. 6- Fitnah melalui iklan produk. 7- Fitnah melalui penglibatan dalam sukan dan hiburan. 8- Fitnah berbangga kerana berjaya memperbanyakkan bilangan masjid. 9- Fitnah kerana meninggalkan kewajiban beribadat. 10- Fitnah kerana tidak menunjukkan akhlak Islam yang mulia. Fitnah�..oh fitnah�..dan banyak lagi.

1- Fitnah melalui kepimpinan negara.

Terdapat para pemimpin negara-negara umat Islam, yang tidak segan silu untuk mengisytiharkan bahawa mereka telah melaksanakan undang-undang Islam dalam pentadbiran negara dan boleh dikatakan negara mereka adalah sebuah �Negara Islam�, sedangkan pada masa mereka mentadbir dengan sistem Sekular, Kapitalis, Sosialis dan lain-lain.

Yang tidak menampakkan Islam secara jelas, isteri-isteri mereka tidak memakai hijab (tudung kepala) serta menutup aurat dengan sempurna, tidakkah tindakan mereka itu telah memfitnah Islam secara langsung di hadapan orang-orang bukan Islam yang keliru dan terus keliru.

2- Fitnah dalam belajar kerana mahu dapat jawatan.

Tidak kurang juga terdapat golongan ahli ilmu agama ketika sedang menuntut satu ketika dahulu, telah menanam hasrat untuk lulus cemerlang agar pulang nanti ditawarkan jawatan yang selesa, tetapi pada masa yang sama mereka lupa bahawa ketika menyandang jawatan penting di jabatan keagamaan, mereka tidak menjalankan tugas dengan sempurna, membiarkan perkara mungkar terus berlaku (takut nak tegur kerana bimbang tidak dinaikkan pangkat atau ditukar ke jabatan lain).

Tidak cukup dengan itu, idea untuk menyatakan perkara-perkara makruf agar jadi program utama pun terkadang-kadang tidak berani untuk dilakukan, bimbang dilabel golongan yang melawan pihak atasan, akhirnya masyarakat jadi keliru kerana golongan ahli agama pun bercakap tidak serupa bikin.

3- Fitnah melalui penampilan diri dan cara berpakaian.

Disebabkan kerana kurang pendedahan maklumat agama, sama ada tidak mahu duduk dalam majlis ilmu agama atau ceramah, maka ramai di kalangan orang Islam dalam negara Malaysia ini memperlihatkan penampilan diri mereka benar-benar tidak Islamik langsung.

Ada di kalangan golongan remaja Islam yang bertatoo, menampakkan pusat (perempuan), bergelang tangan, berantai dan bertindik (yang lelaki), mencukur bulu kening, memakai rambut palsu, yang perempuan menyerupai lelaki atau yang lelaki menyerupai perempuan.

Cara bercakap seperti orang bukan Islam, berlepak, merempit tanpa hala tuju hidup, mendurhaka dan melukai perasaan kepada ibu bapa, menyakiti jiran dan banyak, tidakkah semua tindakan itu fitnah terhadap Islam, kerana Islam tidak pernah mengajar penganutnya berbuat demikian.

4- Fitnah melalui ungkapan.

Terdapat di kalangan orang Islam yang memfitnah Islam dengan ungkapan mereka seperti kata-kata : Islam tidak relevan pada zaman orang mengejar Sains dan Teknologi, undang-undang Islam seperti hudud, qisas, takzir dan lain-lain sudah tidak sesuai pada hari ini, ia hanya boleh dilaksanakan di padang pasir di zaman Rasulullah s.a.w.

5- Fitnah melalui penulisan.

Terdapat juga segelintir penulis yang pro aliran songsang yang memperlekeh hukum-hukum Islam dalam blog, rencana atau buku-buku tulisan mereka, ia disifatkan sebagai satu tindakan berani kerana mereka tahu bahawa tindakan itu tidak akan dikenakan apa-apa.

6- Fitnah melalui iklan produk.

Satu lagi fitnah yang tidak dapat dikawal akibat kelemahan para pemimpin negara ialah kecenderung syarikat-syarikat mempromosi produk mereka dengan menggunakan khidmat model-model Melayu/Islam, ada yang mendedahkan aurat, kepala semata-mata untuk menunjukkan bahawa produk mereka cukup berkesan tiada tompok-tompok hitam di badan model.

7- Fitnah melalui penglibatan dalam sukan dan hiburan.

Para atlet negara termasuk yang angkat berat disertai atlet muslimah yang cukup menggiurkan ketika menunjukkan aksi mengangkat berta, termauk dalam sukan jimrama, renang, hoki dan lain-lain.

Begitu juga pendedahan aurat di kalangan penghibur seperti penyanyi, pelakon, pelawak wanita juga tidak kurang yang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan jenama mereka sebagai orang Islam. Semua itu dianggap memfitnah Islam kerana menggambarkan seolah-olah Islam membenarkan tindakan itu.

8- Fitnah berbangga kerana berjaya memperbanyakkan bilangan masjid.

Satu lagi fitnah di akhir zaman ini ialah terlalu berbangga dengan bilangan masjid yang banyak, tetapi kosong dengan pengajian agama, malah terdapat pula replica masjid yang menelan blanja jutaan ringgit tetapi tidak boleh solat Jumaat di dalamnya.

9- Fitnah kerana meninggalkan kewajiban beribadat.

Ramai di kalangan pekerja Islam, bukan yang menceburi bidang binaan, yang bekerja dalam bilik berhawa dingin pun tidak melakukan solat fardu atau Jumaat, terdapat scenario di mana ada pekerja muslim di sebuah kilang ditegur majikan yang bukan Islam mengapa mereka tidak pergi menunaikan solat Jumaat.

10- Fitnah kerana tidak menunjukkan akhlak Islam yang mulia.

Disebabkan tidak menguasai dengan baik ilmu-ilmu fardu �ain, maka ramai di kalangan individu Islam tidak bercakap benar, melakukan pecah amanah berjuta ringgit, rasuah, penipuan, menggelapkan wang tabung haji dan sebagainya, menunjukkan sikap dan akhlak orang Islam sangat kritikal, sekali gus ia memfitnah agama Islam yang suci.

Sesungguhnya mereka itu semua berdosa di hadapan Allah kerana tidak menunjukkan sesuatu tindakan yang baik terutama kepada golongan yang lebih muda ataupun di kalangan bukan Islam yang merasakan Islam menjana kegiatan yang tidak bermoral.

Justeru, asas kepada pengukuhan jati diri muslim bersama agama Islam dalam apa jua keadaan, sama ada ketika Islam berada di puncak atau sedang berada di bawah, namun dia tidak akan berganjak walau setapak pun kerana begitu yakin bahawa Islam adalah satu-satunya agama yang diperakui benar di sisi Allah SWT.